Masyarakat adat dunia belajar mengenai pengelolaan hutan adat Yurok di California, Amerika Serikat (AS). (Foto: Ferdi Setiawan).
California: Bisa menghirup udara segar dan bersih menjadi impian bagi banyak orang, termasuk saat berada di Negeri Paman Sam, tepatnya di California, Amerika Serikat (AS).
Tak bisa dibayangkan, kota yang mungkin diketahui publik luas sebagai kota yang sering dilanda kebakaran hutan di saat musim panas, ternyata terdapat oase hidup yang luar biasa dan terbukti mampu menghasilkan karbon yang tidak kecil di Negara Adidaya tersebut.
Adalah Yurok, hutan alami yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat adat setempat. Hutan yang dipelihara secara arif oleh masyarakat adat Yurok menjadi salah satu contoh atas peran serta masyarakat adat dalam melestarikan hutan, di tengah isu perubahan iklim di dunia. Sehingga tak heran jika banyak masyarakat adat lain dari penjuru dunia yang melirik dan belajar tentang pengelolaan hutan kepada masyarakat adat Yurok.
Antusiasme inilah yang disampaikan beberapa perwakilan masyarakat adat dari berbagai negara ketika bersama-sama memasuki lahan konsesi hutan Yurok seluas lebih dari 50 ribu hektar. Baru seratus langkah kami memasuki hutan, di kiri kanan jalan setapak sudah terlihat pepohonan raksasa dengan diameter yang sangat besar, hampir merata terlihat di sepanjang area hutan. Ratusan ribu pohon besar yang berumur lebih dari 14 tahun masih berdiri kokoh dan tumbuh lebat di hutan ini.
Kedatangan 40 orang perwakilan masyarakat adat dari 20 komunitas dan 13 negara ini tak lain untuk belajar tentang sistem pengelolaan hutan di Yurok, yang tak hanya mampu menghasilkan karbon, namun juga berdampak sangat positif bagi bagi perekonomian warga setempat.
Seorang warga Brasil, Dinaman Tuxa, menuturkan kekagumannya keberhasilan masyarakat adat yurok dalam mengambil kembali tanah leluhur mereka. Tidak hanya itu mereka juga berupaya merestorasi tanah milik adat yang pernah hilang.
"Apa yang dikerjakan oleh masyarakat Yurok, akan kami upaya diterapkan juga di negara kami (Brasil)," ucap Dinaman Tuxa, di California, Kamis 6 September 2018.
Hal serupa diungkapkan Claudente Labonte, perwakilan masyarakat adat Guyana Prancis. Adanya persamaan permasalahan hutan, memotivasinya untuk mempraktikkan ilmu yang diperoleh atas kunjungan ke masyarakat adat Yurok.
"Mudah-mudahan pelajaran yang saya dapatkan dari pengelolaan hutan di Yurok, dapat dipraktikkan di negara saya" jelas labonte.
Menikmati hutan adat Yurok di California, Amerika Serikat (AS). (Foto: Ferdi Setiawan).
Sementara seorang aktivis penjaga hutan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Saleh Arifin mengaku sangat takjub dengan masih banyaknya pepohonan besar yang berdekatan dengan jalanan di Yurok. Dirinya membandingkan dengan pengalamannya yang harus menempuh perjalanan 3-4 hari untuk menemukan pepohonan besar di indonesia.
"Harusnya di Indonesia, harus ada kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat adat seperti yang terjadi di Yurok," imbuh Saleh.
Selain atas keinginan kuat dari masyarakatnya, keberhasilan masyarakat adat Yurok atas pengelolaan hutan secara mandiri ini juga tak lepas dari peran Pemerintah Federal California yang mendukung dan berperan aktif dalam mendorong masyarakat adat yurok atas pengelolaan hutan.
Anggota Dewan Negara Bagian California, Jim Wood menyebut pemerintah mendukung penuh atas upaya yang ditempuh masyarakat adat Yurok, khususnya dalam mengelola tanah leluhur mereka. "Bahkan ini menjadi yang pertama kalinya, bentuk dukungan dan kerjasama pemerintah dengan masyarakat adat dalam perdagangan karbon," tegas jim.
Masyarakat adat Yurok berharap agar sistem pengelolaan hutan dan pelestarian lingkungan di tempatnya ini bisa diterapkan di negara lain, yang memiliki permasalahan yang hampir sama atas kondisi hutan di masing-masing negara. Dengan harapan, selain untuk mengantisipasi perubahan iklim dunia, tindakan nyata ini juga bisa berimplikasi positif bagi pelestarian hutan dengan melibatkan masyarakat adat setempat.
(FJR)
No comments:
Post a Comment